Karya: Rasyid Taufik
Buku Inspirasi Kepemimpinan WH adalah sebuah karya reflektif dan inspiratif yang merekam perjalanan dan pelajaran kepemimpinan dari sosok H. Wahidin Halim (Pak WH), mantan Gubernur Banten dan Wali Kota Tangerang. Buku ini bukan biografi linear, bukan pula panduan teknis, melainkan dokumentasi pembelajaran penulis—Rasyid Taufik—yang selama bertahun-tahun menyaksikan langsung bagaimana Pak WH menjalani amanah publik dengan keteladanan nilai, spiritualitas, dan keikhlasan.
Penulis mengawali dengan pengantar yang menegaskan bahwa kepemimpinan yang sejati bukan sekadar soal jabatan, tapi soal pengaruh yang lahir dari karakter dan keteladanan. Dalam perspektif Islam, pemimpin bukan hanya “khalifah” yang menggantikan dan memutuskan secara adil, tetapi juga “imam” yang menjadi teladan dalam sikap dan tindakan. Dan dalam pandangan penulis, Pak WH adalah salah satu figur langka yang menyatukan dua dimensi itu: kompeten sekaligus berkarakter.
Bagian I: Genealogi, Prestasi, dan Reputasi
Buku ini membuka dengan kisah asal-usul Pak WH sebagai keturunan Aria Wangsakara, ulama dan pejuang Banten yang diakui sebagai pahlawan nasional. Warisan nilai perjuangan dan spiritualitas itu membentuk dasar jati diri Pak WH. Ia memulai kariernya dari bawah—dari Kepala Desa hingga Gubernur—tanpa melupakan nilai-nilai kejujuran, pengabdian, dan keberpihakan kepada masyarakat kecil.
Pak WH dikenal sebagai pemimpin yang tegas, bekerja keras, dan inovatif. Ia membangun infrastruktur monumental seperti Revitalisasi Banten Lama, RSUD 8 lantai dan Banten International Stadium, tetapi juga memperhatikan kualitas hidup rakyat dengan menaikkan insentif guru, memberikan berobat gratis hanya dengan KTP, serta menyalurkan bantuan besar untuk pondok pesantren. Semua ini dilakukan dengan prinsip antikorupsi yang ketat, terbukti dari penghargaan nasional yang diterima dan reputasinya yang bersih hingga akhir masa jabatannya.
Bagian II: Manifestasi Jati Diri
Kepemimpinan Pak WH adalah refleksi dari “pemimpin berselera tinggi”, istilah yang mengacu pada orientasi nilai, bukan semata kepentingan materiil. Ia menolak pendekatan kekuasaan berbasis pencitraan. Kepemimpinannya ditopang oleh integritas, keberanian, kesederhanaan, dan empati. Penulis menggambarkan mindset Pak WH seperti akar pohon: tak terlihat tapi menopang semua kebaikan yang tampak di permukaan.
Dalam buku ini, Pak WH ditampilkan bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai ayah dan koki—sebuah metafora unik. Ia memasak untuk staf, tamu, dan para ustaz di pesantren yang didirikannya. Aktivitas ini bukan sekadar hobi, tetapi perwujudan dari spirit “melayani dengan cinta”. Ia menempatkan kepemimpinan bukan sebagai posisi atas-bawah, melainkan relasi antarmanusia yang egaliter.
Bagian III: Eskatologi Melayani dan Berbagi
Salah satu aspek paling kuat dalam buku ini adalah penggambaran mindset of giving. Pak WH melihat melayani masyarakat bukan semata sebagai tugas birokrasi, tetapi sebagai ibadah. Ia memandang setiap tindakan berbagi—dari memasak, memberi beasiswa, hingga membangun pondok tahfiz—sebagai ekspresi syukur dan cara untuk memuliakan manusia. Spiritualitas ini berpadu dengan rasionalitas manajemen publik yang efektif.
Buku ini membongkar praktik kepemimpinan sehari-hari yang tidak heroik secara naratif, tapi penuh keteladanan. Contohnya, saat ruang kerja gubernur diduduki buruh yang berdemo, Pak WH tidak bereaksi keras. Ia memaafkan mereka dan mengajak berdialog. Sikap ini menunjukkan leadership as fatherhood, bahwa kekuatan seorang pemimpin bukan pada otoritas, tetapi pada kasih, pengertian, dan kemampuan mengubah konflik menjadi pelajaran bersama.
Bagian IV: Legasi dan Tantangan Zaman
Penulis juga menyoroti tantangan nilai dalam dunia politik dan birokrasi modern: materialisme, korupsi, pencitraan, dan hilangnya ketulusan. Dalam konteks itu, kepemimpinan Pak WH menjadi oase moral: sederhana, berintegritas, dan konsisten membela nilai. Ia tidak terjebak dalam sistem politik transaksional. Ia menjadi figur langka yang tidak hanya memimpin dengan aturan, tetapi juga dengan hati.
Pak WH menyadari bahwa warisan terbesar seorang pemimpin bukanlah bangunan atau program, melainkan nilai-nilai hidup yang ia tanamkan dan wariskan. Itulah legasi abadi yang ingin digarisbawahi oleh buku ini—bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang tak hanya dikenang karena apa yang mereka bangun, tetapi karena siapa mereka ketika memimpin.
Penutup: Menginspirasi dengan Keteladanan
Buku ini ditulis dengan gaya naratif yang hangat dan penuh refleksi. Ia menyasar pembaca lintas generasi, tetapi secara khusus ditujukan kepada kaum muda yang sedang mencari model kepemimpinan yang orisinil dan bermakna. Penulis tidak mencoba mendewakan tokoh yang diangkatnya, melainkan menampilkan sisi manusiawi dan spiritual dari seorang pemimpin yang sudah kenyang pengalaman.
Melalui buku ini, pembaca diajak memahami bahwa kepemimpinan sejati tidak ditentukan oleh suara terbanyak, gelar akademik, atau penampilan media, melainkan oleh konsistensi nilai dan keberanian untuk melayani. Pak WH adalah bukti nyata bahwa pemimpin yang bertuhan dan berpihak pada rakyat, walau sederhana, akan selalu dikenang dalam hati mereka yang pernah disentuh oleh kebaikannya.
Tentang Penulis
Rasyid Taufik adalah seorang Praktisi SDM, Internal Coach Pesantren Modern An Nuqthah, dan Pendiri Sintara Leadership. Ia telah mendampingi berbagai komunitas dan lembaga dalam pengembangan kepemimpinan dan budaya kerja. Melalui buku ini, ia menuangkan pengalaman dan pembelajaran selama berinteraksi langsung dengan H. Wahidin Halim sebagai refleksi kepemimpinan yang bernilai tinggi.
Tinggal di Tangerang. Dapat dihubungi melalui:
0813 8553 2626 (***)